Jakmania di dirikan pada
tanggal 19 Desember 1997 ketika kala itu kompetisi sepakbola di Indonesia masih
bernama Ligina. Di dirikan dan bermarkas di Stadion Menteng yang kini hanya
menjadi kenangan. Sejak awal kemunculan nya dengan lambang jempol dan telunjuk
di blantika sepakbola Indonesia, Jakmania telah berkembang pesat secara jumlah
anggota meski di awal berdirinya memang terlihat agak sulit bagi Jakmania
menjaring para anggota yang cinta Persija. Kini di usia nya yang memasuki umur
15 tahun, Jakmania benar-benar telah menjadi organisasi suporter dengan basis
anggota terbilang banyak dan hampir tersebar di seluruh Pulau Jawa bahkan Sumatera.
Anggota resmi Jakmania tercatat mencapai 50.000 lebih itupun belum termasuk
para simpatisan yang sebenarnya juga loyal dan total dalam mendukung Persija.
Tak perlu melakukan survey ke lapangan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah
Jakmania, anda cukup berkeliling di sekitar kawasan Senayan saat Persija
berlaga di Jakarta, maka anda bisa temui dan merasakan atmosfir dari rasa cinta
Jakmania untuk Persija. Persija dengan Jakmania nya adalah dua elemen yang tak
bisa di pisahkan. Di mana ada Persija, saya bisa pastikan bahwa anda akan
mendapati Jakmania ada dan mendukung Persija.
Tapi keberadaan Jakmania
di tengah-tengah masyarakat Jakarta yang heterogen menjadi seperti dua sisi
mata uang yang berlawanan. Jakmania bagi sebagian orang di cap sebagai kelompok
suporter yang brutal,liar dan suka mengganggu ketertiban umum. Stigma sebagian
masyarakat terhadap Jakmania begitu buruk. Tak jarang muncul penolakan atau
cemoohan yang di tujukan kepada Jakmania. Ada sebagian orang yang bahkan
menjuluki Jakmania tak ubahnya kelompok Pom-Pom Boys atau cheerleader yang
beranggotakan pria melihat seringnya anggota Jakmania naik di atap kendaraan
lalu bernyanyi dan menari meski itu sebenarnya adalah bentuk lain dari dukungan
untuk Persija. Jakmania di anggap sebagai biang kemacetan karena memenuhi
jalan-jalan raya di Jakarta ketika akan berangkat ke stadion maupun ketika
pulang dari stadion *emang udah macet,apa hubungannya sama jakmania?? emang setiap hari jakarta macet,ada pertandingan persija apa gk ada*. Dan seperti kelompok suporter fanatik lain nya di dunia,
Jakmania juga seringkali terlibat perkelahian entah itu dengan kelompok suporter
lain atau bahkan dengan aparat kepolisian. Berkelahi apapun alasan nya memang
tidak dapat di benarkan, tapi jika di cermati lagi, anggota Jakmania yang
terlibat perkelahian pun manusia biasa yang tentu memiliki sifat emosi yang
bisa tersulut bila merasa di terganggu dan di lecehkan. Beberapa orang yang
mengaku Jakmania pernah tertangkap tangan membawa senjata tajam,minuman keras
dan bahkan narkoba ketika akan menyaksikan Persija berlaga. Hal itu tak bisa di
pungkiri ada dan benar adanya tapi bukan berarti semua anggota Jakmania seperti
itu. Mereka yang seperti itu adalah bagian kecil dari banyaknya anggota
Jakmania lainnya yang memang gila sepakbola dan cinta Persija dan tak akan
melakukan hal-hal negatif yang dapat mencoreng nama Jakmania serta Persija.
Di sisi lain,keberadaan
Jakmania justru menjadi warna tersendiri di kota Jakarta. Keberadaan Jakmania
dengan fanatisme luar biasanya mampu menggairahkan persepakbolaan di Indonesia.
Banyak orang yang tadinya acuh terhadap sepakbola Indonesia malah menjadi
tertarik dan menggilai nya karena melihat bagaimana rasa cinta yang di
tunjukkan para Jakmania kepada Persija. Setiap kali Persija berlaga di Jakarta,
kota ini menjadi lebih berwarna karena kehadiran Jakmania yang datang langsung
ke stadion dengan berbagai macam atribut. Para pedagang asongan di sekitar
Senayan pun ikut merasakan dampak positif dari kehadiran Jakmania di setiap
pertandingan Persija. Fanatisme para Jakmania terhadap Persija terbilang luar
biasa karena Jakmania pun turut serta hadir pada pertandingan Persija di luar
Jakarta bahkan di luar Pulau Jawa. Hal itu menjadi sangat spesial mengingat
Indonesia adalah negara kepulauan yang otomatis membutuhkan tenaga,waktu
dan biaya bagi para Jakmania jika harus bepergian ke luar Jakarta demi mendukung
Persija. Semua hal itu terbungkus menjadi satu kata bernama loyalitas.*Loyalitas tanpa batas*
gue sendiri adalah
seorang Jakmania. Tentu saya tidak termasuk dalam kategori Jakmania liar atau
yang berkonotasi negatif. gue melabeli diri gue Jakmania karena gua memang
gila sepakbola dan cinta Persija. gue selalu merasakan sesuatu yang berbeda
ketika terbangun di hari di mana Persija akan berlaga di Jakarta.
Semangat. Datang langsung dan mendukung Persija sudah menjadi semacam
ritual yang harus gue jalankan tak peduli apapun hari dan kondisinya.
Mengenakan atribut Jakmania dan Persija jauh membuat guelebih percaya diri
ketimbang saya mengenakan pakaian lain nya. Masuk ke stadion, duduk dan
bernyanyi bersama, merasakan kemenangan atau kekalahan bersama melahirkan
sebuah kepuasan yang tak ternilai. Seorang teman pernah berujar, “ ngapain si
panas-panas malah kadang hujan lagi capek-capek ke stadion klo di TV juga ada,
ngeluarin duit pula…!!! “. gue hanya tersenyum kecil setiap cibiran seperti
itu di tujukkan kepada gue. Sebuah kalimat singkat namun penuh makna selalu gue ucapkan kepada mereka yang mencibir kecintaan gue terhadap Persija.
Sebuah kalimat yang berbunyi, “ Fanatisme itu gak rasional.” gue dan semua
Jakmania lain nya di seluruh penjuru Nusantara pasti tahu dan mengerti
seperti apa fanatisme itu bergelora di dalam jiwa dan tertuju hanya untuk
Persija Jakarta.
Salam Jempol Telunjuk.
Forza Jakmania. Bravo Persija
http://majalahpersijaonline.blogspot.com/
BalasHapusSalam Jempol Telunjuk
BalasHapus