Minggu, 24 Juni 2012

Jakarta di usia 485

                             
                                                             Sejarah Kota Jakarta
Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan awal mengenai Jakarta terkumpul sedikit melalui berbagai prasasti yang ditemukan di kawasan bandar tersebut. Keterangan mengenai kota Jakarta sampai dengan awal kedatangan para penjelajah Eropa dapat dikatakan sangat sedikit.

Laporan para penulis Eropa abad ke-16 menyebutkan sebuah kota bernama Kalapa, yang tampaknya menjadi bandar utama bagi sebuah kerajaan Hindu bernama Sunda, beribukota Pajajaran, terletak sekitar 40 kilometer di pedalaman, dekat dengan kota Bogor sekarang. Bangsa Portugis merupakan rombongan besar orang-orang Eropa pertama yang datang ke bandar Kalapa. Kota ini kemudian diserang oleh seorang muda usia, bernama Fatahillah, dari sebuah kerajaan yang berdekatan dengan Kalapa. Fatahillah mengubah nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527. Tanggal inilah yang kini diperingati sebagai hari lahir kota Jakarta. Orang-orang Belanda datang pada akhir abad ke-16 dan kemudian menguasai Jayakarta.

Nama Jayakarta diganti menjadi Batavia. Keadaan alam Batavia yang berawa-rawa mirip dengan negeri Belanda, tanah air mereka. Mereka pun membangun kanal-kanal untuk melindungi Batavia dari ancaman banjir. Kegiatan pemerintahan kota dipusatkan di sekitar lapangan yang terletak sekitar 500 meter dari bandar. Mereka membangun balai kota yang anggun, yang merupakan kedudukan pusat pemerintahan kota Batavia. Lama-kelamaan kota Batavia berkembang ke arah selatan. Pertumbuhan yang pesat mengakibatkan keadaan lilngkungan cepat rusak, sehingga memaksa penguasa Belanda memindahkan pusat kegiatan pemerintahan ke kawasan yang lebih tinggi letaknya. Wilayah ini dinamakan Weltevreden. Semangat nasionalisme Indonesia di canangkan oleh para mahasiswa di Batavia pada awal abad ke-20.

Sebuah keputusan bersejarah yang dicetuskan pada tahun 1928 yaitu itu Sumpah Pemuda berisi tiga buah butir pernyataan , yaitu bertanah air satu, berbangsa satu, dan menjunjung bahasa persatuan : Indonesia. Selama masa pendudukan Jepang (1942-1945), nama Batavia diubah lagi menjadi Jakarta. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Ir. Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta dan Sang Saka Merah Putih untuk pertama kalinya dikibarkan. Kedaulatan Indonesia secara resmi diakui pada tahun 1949. Pada saat itu juga Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ). Pada tahun 1966, Jakarta memperoleh nama resmi Ibukota Republik Indonesia. Hal ini mendorong laju pembangunan gedung-gedung perkantoran pemerintah dan kedutaan negara sahabat. Perkembangan yang cepat memerlukan sebuah rencana induk untuk mengatur pertumbuhan kota Jakarta. Sejak tahun 1966, Jakarta berkembang dengan mantap menjadi sebuah metropolitan modern. Kekayaan budaya berikut pertumbuhannya yang dinamis merupakan sumbangan penting bagi Jakarta menjadi salah satu metropolitan terkemuka pada abad ke-21.
                                                          ciri khas jakarta




                                                 



                                                     

Jumat, 08 Juni 2012

Temen?? apa Jagoan??

nih tipe temen yang jengkelin bangat.soalnya dia main sama kita mau jadi jagoan apa mau di segenin?? tau dah terserah eyangnya dia aja deh( ? )
buat apaan mau temenan  kalo mau jadi jagoan,persahabatan kan bukan buat jadi jagoan cing....
kalo mau jadi jagoan lu di pasar aja sono
kalo mau di segenin??coba emang ada unutungnya di segenin orang?? jangan anggep lu bisa di segenin orang kalo lu blom bisa hormatin orang.
udah ciri cirinya aja nih

1.jalan petangtang petengteng
jalannya tuh kaya korban sodomi ikan pari .nah gua kalo liat org kaya gini pingin gua injek batang lehernya.sok tegap padahal klemar klemer kaya ulet cantengan,tau gk lu KUA

2.laler??
  bukan laler hewan,ini laler sifat.orang gk ada yang ngajak omong apa maen tiba tiba dateng kaya jelangkung datang gk di jemput pulang pun gk di anter.tipe ini mending lu sumpel pake stoking banci tuh mulutnya biar cantengan tuh bibir


3.pingin di kenal banyak orang ngorbanin temen
  biasanya kalo yang ini lagi ngmpul trus tiba tiba si ayam sayur ini gk ada angin gk ada kentut langsung memulai aksinya.langsung jelek jelekin temen nye sendiri.biasa biar axis biar di sangka lucu sumpah padahal garing kaya  upil di rebus trus di kukus trus di panggang trus di jemur trus di goreng trus di jemur lagi trus di sangrai...............................etc.


4.sksd
 sok kenal sok deket.sodara bukan pacar bukan temen bukan.biasanya kalo yang ini pertama manis *ya gk jauh beda sama muka gua* (sirik masuk neraka).. :p
tapi ntar kalo udah lama pahit kaya conge gajah lagi kayang

.


mending gue berdoa semoga dia mendapat mujizat,dan taubat.amien........

Fanatisme itu gak rasional


  jika anda seorang penggemar sepakbola khususnya sepakbola Indonesia ,anda pasti tahu ada sebuah klub yang berbasis di ibukota yang bernama Persija Jakarta. Klub yang selalu di labeli tim besar karena memang hampir di semua negara di dunia, klub sepakbola yang berbasis di ibukota pasti mendapat perhatian yang lebih dari klub-klub lain nya. Spanyol dengan Real Madrid nya, Argentina dengan Boca Juniors nya, Italia dengan AS Roma nya dan di Indonesia ada Persija Jakarta. Dan jika kita membicarakan tentang Persija, suka atau tidak kita pasti akan serta merta juga membahas satu kata, Jakmania. Ya, suatu organisasi yang seluruh anggotanya adalah supporter fanatik dari Persija. Suatu organisasi yang identik dengan warna oranye yang juga sama dengan warna kostum Persija ini bisa di bilang adalah salah satu organisasi dengan jumlah massa yang terbilang besar di Indonesia. Organisasi suporter yang terkenal dengan kalimat “ Persija ampe mati “ ini bisa di temui hampir di semua penjuru kota Jakarta dan sekitarnya.

Jakmania di dirikan pada tanggal 19 Desember 1997 ketika kala itu kompetisi sepakbola di Indonesia masih bernama Ligina. Di dirikan dan bermarkas di Stadion Menteng yang kini hanya menjadi kenangan. Sejak awal kemunculan nya dengan lambang jempol dan telunjuk di blantika sepakbola Indonesia, Jakmania telah berkembang pesat secara jumlah anggota meski di awal berdirinya memang terlihat agak sulit bagi Jakmania menjaring para anggota yang cinta Persija. Kini di usia nya yang memasuki umur 15 tahun, Jakmania benar-benar telah menjadi organisasi suporter dengan basis anggota terbilang banyak dan hampir tersebar di seluruh Pulau Jawa bahkan Sumatera. Anggota resmi Jakmania tercatat mencapai 50.000 lebih itupun belum termasuk para simpatisan yang sebenarnya juga loyal dan total dalam mendukung Persija. Tak perlu melakukan survey ke lapangan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah Jakmania, anda cukup berkeliling di sekitar kawasan Senayan saat Persija berlaga di Jakarta, maka anda bisa temui dan merasakan atmosfir dari rasa cinta Jakmania untuk Persija. Persija dengan Jakmania nya adalah dua elemen yang tak bisa di pisahkan. Di mana ada Persija, saya bisa pastikan bahwa anda akan mendapati Jakmania ada dan mendukung Persija.

Tapi keberadaan Jakmania di tengah-tengah masyarakat Jakarta yang heterogen menjadi seperti dua sisi mata uang yang berlawanan. Jakmania bagi sebagian orang di cap sebagai kelompok suporter yang brutal,liar dan suka mengganggu ketertiban umum. Stigma sebagian masyarakat terhadap Jakmania begitu buruk. Tak jarang muncul penolakan atau cemoohan yang di tujukan kepada Jakmania. Ada sebagian orang yang bahkan menjuluki Jakmania tak ubahnya kelompok Pom-Pom Boys atau cheerleader yang beranggotakan pria melihat seringnya anggota Jakmania naik di atap kendaraan lalu bernyanyi dan menari meski itu sebenarnya adalah bentuk lain dari dukungan untuk Persija. Jakmania di anggap sebagai biang kemacetan karena memenuhi jalan-jalan raya di Jakarta ketika akan berangkat ke stadion maupun ketika pulang dari stadion *emang udah macet,apa hubungannya sama jakmania?? emang setiap hari jakarta macet,ada pertandingan persija apa gk ada*. Dan seperti kelompok suporter fanatik lain nya di dunia, Jakmania juga seringkali terlibat perkelahian entah itu dengan kelompok suporter lain atau bahkan dengan aparat kepolisian. Berkelahi apapun alasan nya memang tidak dapat di benarkan, tapi jika di cermati lagi, anggota Jakmania yang terlibat perkelahian pun manusia biasa yang tentu memiliki sifat emosi yang bisa tersulut bila merasa di terganggu dan di lecehkan. Beberapa orang yang mengaku Jakmania pernah tertangkap tangan membawa senjata tajam,minuman keras dan bahkan narkoba ketika akan menyaksikan Persija berlaga. Hal itu tak bisa di pungkiri ada dan benar adanya tapi bukan berarti semua anggota Jakmania seperti itu. Mereka yang seperti itu adalah bagian kecil dari banyaknya anggota  Jakmania lainnya yang memang gila sepakbola dan cinta Persija dan tak akan melakukan hal-hal negatif yang dapat mencoreng nama Jakmania serta Persija.

Di sisi lain,keberadaan Jakmania justru menjadi warna tersendiri di kota Jakarta. Keberadaan Jakmania dengan fanatisme luar biasanya mampu menggairahkan persepakbolaan di Indonesia. Banyak orang yang tadinya acuh terhadap sepakbola Indonesia malah menjadi tertarik dan menggilai nya karena melihat bagaimana rasa cinta yang di tunjukkan para Jakmania kepada Persija. Setiap kali Persija berlaga di Jakarta, kota ini menjadi lebih berwarna karena kehadiran Jakmania yang datang langsung ke stadion dengan berbagai macam atribut. Para pedagang asongan di sekitar Senayan pun ikut merasakan dampak positif dari kehadiran Jakmania di setiap pertandingan Persija. Fanatisme para Jakmania terhadap Persija terbilang luar biasa karena Jakmania pun turut serta hadir pada pertandingan Persija di luar Jakarta bahkan di luar Pulau Jawa. Hal itu menjadi sangat spesial mengingat Indonesia adalah negara kepulauan  yang otomatis membutuhkan tenaga,waktu dan biaya bagi para Jakmania jika harus bepergian ke luar Jakarta demi mendukung Persija. Semua hal itu terbungkus menjadi satu kata bernama loyalitas.*Loyalitas tanpa batas*

gue sendiri adalah seorang Jakmania. Tentu saya tidak termasuk dalam kategori Jakmania liar atau yang berkonotasi negatif. gue melabeli diri gue Jakmania karena gua memang gila sepakbola dan cinta Persija. gue selalu merasakan sesuatu yang berbeda ketika terbangun di hari di mana Persija akan berlaga di Jakarta. Semangat.  Datang langsung dan mendukung Persija sudah menjadi semacam ritual yang harus gue jalankan tak peduli apapun hari dan kondisinya. Mengenakan atribut Jakmania dan Persija jauh membuat guelebih percaya diri ketimbang saya mengenakan pakaian lain nya. Masuk ke stadion, duduk dan bernyanyi bersama, merasakan kemenangan atau kekalahan bersama melahirkan sebuah kepuasan yang tak ternilai. Seorang teman pernah berujar, “ ngapain si panas-panas malah kadang hujan lagi capek-capek ke stadion klo di TV juga ada, ngeluarin duit pula…!!! “. gue hanya tersenyum kecil setiap cibiran seperti itu di tujukkan kepada gue. Sebuah kalimat singkat namun penuh makna selalu gue ucapkan kepada mereka yang mencibir kecintaan gue terhadap Persija. Sebuah kalimat yang berbunyi, “ Fanatisme itu gak rasional.” gue dan semua Jakmania lain nya di seluruh penjuru Nusantara pasti  tahu dan mengerti seperti apa fanatisme itu bergelora di dalam jiwa dan tertuju hanya untuk Persija Jakarta.
Salam Jempol Telunjuk. Forza Jakmania. Bravo Persija